Masih Berpikir Ayat Alquran Itu 6666?

Pertanyaan yang dengan spontan dan tanpa keraguan orang bisa menjawabnya namun kebanyakan dari kita menjawabnya salah adalah jumlah ayat yang terdapat dalam A-quran. tanpa keraguan, 6666 adalah Jumlah yang ditanamkan dalam memori kita semenjak pertama kali kita mengenal huruf hijaiyah. Banyak dari kita tak ragu lagi dengan jumlah ini dan menyampaikannya kepada murid-murid atau teman sewajat lainnya. Tak pernah kita mempertanyakan angka 6666 ini yang jika dilihat sekilas seperti angka setan – apakah benar ayat al-quran berjumlah 6666?

Ayat yang terdapat dalam Al-quran tidaklah berjumlah 6666. Jika kita menyampaikan hal ini kepada yang lain – teman, saudara atau murid kita – mereka akan mengatakan Al-quran berjumlah 6666 ayat jika bismillah dalam permulaan surat selain Al-fatihah dihitung atau tidak sebagai satu ayat. Namun, jika pertanyaan seperti, anda sudah menghitungnya? Mereka akan mengatakan tidak pernah menghitungnya namun tetap yakin bahwa Al-quran berjumlah 6666 ayat.

Percaya dan yakin bulat-bulat apa kata orang – dengan kata lain tidak kritis – akan membuat seseorang terombang ambing oleh arus pikiran orang dan mengakibatkan (dalam waktu lama) tidak pintar dalam melihat situasi. ini merupakan hal yang memprihatinkan dimana masyarakat yang tunduk-patuh kepada apa yang di lakukan atau yang dipercayai oleh kebanyakan orang sebagai kebenaran yang wajib diyakini tanpa mempelajari dan mempertanyakan lagi. Jadi, pertanyaan yang kita harus tanyakan kembali untuk memperolah kebenaran dan dapat dipertanggungjawabkan adalah berapa jumlah kesuluruhan ayat yang terdapat dalam al-quran dan bagaimana cara menghitungnya?

Cara menghitungnya sangatlah mudah, hanya membutuhkan kertas dan pensil – kalkulator jika perlu. Walaupun demikian, tidak pernah terbesat di benak kita untuk menghitung jumlah ayat alquran karena – kata mereka – perkara ini tidak lah sepenting mengamalkan apa yang diajarkan al-quran. inilah dalih-dalih yang terdengar diucapkan untuk membenarkan kemalasan mereka, bukankah menghitung jumlah total ayat alquran adalah bukti ketertarikan kita akan alquran, bukti kepedulian kita terhadap hal-hal kecil tentang al-quran.

Tidak ada gunanya memaparkan jumlah ayat alquran yang sebenarnya disini. Bukan jumlahnya yang ingin disampaikan dalam tulisan ini melaikankan (1) mempertanyakan hal-hal yang diyakini sebahagian kita tanpa mempertanyakan kembali – dalam kata lain facts check – (2) bagaimana cara menghitung jumlah ayat al-quran dari surat pertama al-fatihah sampai surat terakhir an-naas dan ini lah salah satu pembuktian kita bahwa kita adalah insan qirani. Kedua poin ini lah yang lebih penting bukan angka jumlah ayat al-quran.

Cara menghitung ayat alquran

Seperti yang telah di sampaikan diatas bahwa cara menghitungnya itu sangatlah mudah hanya bermodalkan kemauan dan kejelian yang memada karena proses yang akan dilalui sedikit ribet jika tidak jeli atau tidak teliti. Sebaiknya dilakukan sedikitnya berdua – semakin banyak semakin mudah. Selanjutnya, siapkan alquran terjemahan, kertas dan pulpen. Kemudian, jumlah ayat dari setiap surat dijumlahkan, cara menghitung jumlah ayatnya tinggal dilihat di akhri setiap ayat. Misalnya, al-fatihah yang berjumlah 7 ayat ditambah dengan al-baqarah yang berjumlah 286 ayat – dan seterusnya. Terlihat simple memang, namun saat penjumlahan pada ayat ke 40 atau 60, maka akan membingungkan. Jika dilakukan sendiri, kita mungkin akan kewalahan.

Hal ini merupakan salah satu contoh ketidak pedulian kita akan hal-hal yang telah kita tahu. Kita merasa apa yang telah kita pahami dari pembelajar yang bertahun-tahun adalah benar dan tidak perlu dibenarkan lagi sehingga pertanyaan-pertanyaan yang terlihat sepele tapi besar pengaruhnya tidak ditanyakan lagi. Masih banyak yang tidak kita ketahui dan kita tidak tahu seberapa banyak kita tidak tahu. Salah satu cara untuk mengetahui adalah bertanya.

Semoga dengan tulisan ini kita mengetahui sebenarnya tentang jumlah ayat yang terdapat dalam al-quran. 6666 tidak bisa dipertanggungjawabkan dan sudah saatnya kesalahan ini tidak diteruskan lagi ke generasi selanjutnya. Jika kita tidak memulai melatih diri untuk lebih kritis, mereka – generasi berikutnya – akan tidak berbeda dengan kita yang hanya ikut-ikutan tahu tanpa mengerti apalagi memahami.