Minimalisme Dalam Islam: Dua Persamaan Inti

Ada yang menarik tentang ide minimalisme dalam Islam dan konsep gaya hidup minimalise secara umum – selain konsep ini memang menarik dibahas – konsep ini jika dipandang dari sisi agama Islam maka ada beberpa poin penting yang saya yakini pantas diulas lebih dalam lagi.

minimalisme dalam islam

Kali ini saya mencoba menelusuri konsep dasar dari gaya hidup minimalis yang dipandang dari segi keagamaan -yaitu Islam- dan bagaimana keduanya bisa sangat saling mendukung satu-sama lain untuk mencapai tujuan hidup bahagia dan leluasa.

Selain itu, terdapat banyak kesamaan antara konsep gaya hidup minimalis dan ajaran Islam. Mungkin lebih tepatnya, Islam juga -atau lebih dulu- mengajari semua umatnya untuk menjadi minimalis.

Sebelum kita mulai ke pembahasan, saya mau mengucapkan selamat datang di blog saya! Perkenalkan saya Aufani, penggiat literatur gaya hidup minimalis yang -pada saat penulisan ini- sedang mencoba merubah atau hijrah gaya hidup saya menjadi minimalis, dalam bahasa Inggris biasa digunakan istilah the minimalist lifestyle.

Topik pembahasan tentang the minimalist ini sudah saya ikuti kira-kira sudah lebih dari satu tahun yang bermula dari satu video YouTube yang lagi tranding pada masa itu.

Video yang saya tonton ini bercerita tentang kisah seorang minimalis -Matt D’Avella- yang merubah gaya hidupnya menjadi minimalis dan ia sangat senang -di hampir semua videonya- membahas tentang tips praktis menjadi seorang minimalis.

Saya sangat menyarankan Anda untuk melihat video Matt D’Avella di channel YouTubenya. Menonton videonya juga akan memberikan Anda prespektif -dan pemahaman- tentang gaya hidup minimalis dan semua istilah yang digunakan dalan diskors ini.

Minimalisme Dalam Islam

Esensinya, menjadi minimalis dalam islam adalah upaya yang disadari oleh praktisinya untuk tidak berlebihan dalam mendapatkan, mengelola dan menggunakan materi atau barang yang ia miliki. Semua barang yang dimiliki harus berdasarkan fungsi dan kebutuhan.

Dalam kata lain, seorang minimalis akan membeli barang berdasarkan fungsi barang tersebut dan kebutuhan dirinya serta mengelola barang tersebut agar tidak berlebihan.

Supaya lebih mudah dipahami, seorang minimalis hanya hidup dengan sedikit barang dari yang dulu pernah ia punya.

Kemudian, ia juga sadar bahwa dengan memiliki sedikit barang, maka ia memfungsikan semua barang yang ia miliki secara maksimal dan tidak banyak memerlukan upaya untuk mengelola barang yang pada dasarnya -dengan memiliki banyak barang- hanya menghabiskan waktu dan tenaga kita untuk mengelola, merawat dan menjaganya.

Dengan memiliki sedikit barang, seseorang akan terhindar dari stress -memikir barang yang ia miliki- dan bisa menikmati waktu dan ruang dengan leluasa.

Islam pun mengajari hal yang serupa dimana seorang muslim tidak boleh berbuat hal-hal yang berlebihan hanya karena ego dan naluri hewani.

Anjuran untuk tidak berlebihan dipaparkan dalam Alquran di banyak tempat dengan menggunakan kata melampaui batas, Quran 2:190.

Kemudian, kita bisa melihat bagaimana Nabi pada keseharian beliau sangat sederhana dalam berpakaian, makan dan bertempat tinggal.

Ini merupakan beberapa contoh yang sangat dekat kaitannya dengan menjadikan diri terkontrol akan materi dan apa yang kita miliki.

Walaupun kita mampu membeli tiga atau dua -apalagi banyak- bukan berarti kita harus menuruti ego untuk menunjukkan bahwa kita mampu.

Selanjutnya, bagi orang yang hendak menjadi seorang minimalis -ingin hidup lebih leluasa dan bebas dari barang-barang- harus melakukan satu hal yang bagi kebanyakan orang sangat sulit atau enggan melakukannya, yaitu memberikan barang baru yang masih digunakan.

Rasa enggan ini muncul karena kita yakin bahwa suatu barang tersebut mungkin akan digunakan suatu saat nanti jika keadaan membutuhkannya.

Seperti contohnya headset yang kita beli beberapa waktu lalu karena model yang kita inginkan sewaktu membeli adalah model terbaru yang lagi trend.

Namun sekarang kita sudah memiliki dua atau lebih headset dengan fungsi yang sama tapi memiliki mobilitas yang berbeda, satu bisa dengan mudah dibawa karena kecil dan satunya lagi membutuhkan tas agar bisa dibawa berpergian karena ukurannya jauh lebih besar namun bisa mengeluarkan suara bass yang luarbiasa.

Padahal, kedua headset tersebut -yang kecil tapi suaranya biasa saja dan yang besar memberikan pengalaman mendengar musik yang lebih menyenangkan- memiliki fungsi yang sama -yaitu membolehkan kita mendengar musik dari perlengkapan musik apa saja.

Ketika kita membeli headset yang kedua, tidak pernah bertanya “benda ini bukannya sudah aku beli beberapa waktu lalu, benda yang memiliki fungsi yang sama?”

Jadi, satu perbuatan yang mulia -bahkan tidak mungkin dikecam- jika dilakukan ketika kita sudah terlanjur membeli dua atau lebih suatu barang yang memiliki fungsi yang sama ialah memberikan barang tersebut kepada kawan, rekan kerja atau saudara sehingga yang kita miliki saat ini hanyalah satu saja.

Kita tidak perlu menjual kembali barang tersebut demi mendapatkan uang dengan nominal setengah dari harga dasar, apalagi membuangnya langsung ke tong sampah.

Ini bukanlah tindakan yang bijak. Boleh jadi ada orang yang mungkin membutuhkan atau mau mengguakan barang tersebut.

Hanya dengan memberi kita bisa lebih bebas dari barang-barang yang kita miliki dan pada saat yang sama merasakan kepuasan berbagi dengan rekan dan sanak famili.

Menyambung dengan konsep memberikan suatu barang yang kita miliki kepada orang lain untuk membebaskan diri dari tumpukan -banyak barang padahal fungsi yang sama- ternyata sejalan dengan firman Allah dalam suran Ali Imran tentang memberikan barang yang kamu cintai adalah sifat orang-orang baik (Quran 3:92).

Jika kita mampu memberikan benda (atau harta) yang kita cintai, maka kita akan mendapat kebajikan.

Apa salahnya -jika dipikirkan dan direnungi dengan cermat- membuang suatu barang yang fungsinya juga bisa didapatakan dari barang lain tidak lagi menjadi kepunyaan kita sekarang ini.

Toh! kita juga menggunakan satu barang tersebut dari pada yang lain.

Jadi, apa yang bisa dibawa qulang setelah anda membaca arikel tentang gaya hidup minimalisti ini. Mari lanjut baca.

yang pertama menyadarai bahwa memiliki banya barang bukanlah hal yang sama dengan memiliki banyah rupiah.

Kita tidak bisa atau lebih terserang jadinya jika ada kawan atau kolega yang bertanya. Yang kedua adalah mengumpulkan tenaga dan kedewasaan untuk membeli harga jual

Inilah 2 konsep yang yang sangat dekat kaitan yaitu Minimalisme dalam Islam dan dual dual persamaan. Semoga sukses dan kabari saya jika Anda memiliki kesempatan unuk manati

Sekian, Terima kasih usah membeinteraksi yuang yang lebih bersemangat lagi.

Leave a Comment