Kita seharusnya senang jika orang terdekat kita marah kepada kita, apapun alasan ia marah. Marah tidak seharusnya dipandang sebagai emosi buruk yang harus selalu kita hindari. Karena pada kenyataannya, kita hanya marah pada orang yang kita sayangi. Masih bingung maksudnya gimana? Yuk lanjut baca!
Kita marah karena ada suatu ekspektasi yang kurang, hilang atau tidak lengkap pada sesuatu atau seseorang. Kita mau seseorang sempurna dan jika ia sedang tidak sempurna, maka kita merasa harus memarahi dia biar dia selalu sempurna. Dengan marah ini, kita berharap dia bisa melengkapi semua kekurangan yang menurut kita bisa ditingkatkan.
Contoh sederhana, si Bos marah pada karyawannya yang telat karena ia berharap karyawannya tersebut harus selalu menyempurnakan diri dengan selalu datang tepat waktu. Contoh lainnya, masih ingat beberapa tahun – 10 atau 15 – tahun yang lalu saat ibu marah karena main hujan? Apakah si Ibu marah karena benci anak pertama atau kedua nya tidak patuh? Atau si Ibu tidak mau anaknya tidak sempurna, tidak mau dia sakit terus demam tinggi sehingga harus diopname.
Jika kita sudah mengerti maksud yang disampaikan disini, maka tidak seharusnya marah diartikan sama dengan benci, marah harus disamakan dengan sayang dan peduli. Kemudian, walaupun kita dimarahi bukan karena kekurangan atau ketidak sempurnaan kita, tapi karena hal eksternal lain, maka marah yang seperti ini juga mestinya direspon dengan baik.
Pernah di suatu hari yang terik di tempat parkiran, si bapak tukang parkir – karena teriknya matahari pada siang itu – membuat dia tidak fokus lagi sehingga tidak sengaja menyenggol kendaraan saya dan membuat bekas goresan yang pastinya sangat mahal diperbaiki. Saya bergegas langsung cabut dan tidak berkata satu kata pun pada bapak tukang parkir itu.
Sesampai di rumah, saya langsung meluapkan kemarahan saya dan berkata tidak bagus terhadap bapak tukang parkir tadi. Dan ternyata saya malah dimarahi sambil diteriaki “trus, kenapa marahnya kesini?”
Nampaknya si kawan belum baca tulisan ini.
Kita tidak marah di sembarang tempat dan sama sembarang orang, kita hanya marah pada orang tertentu. Kita meluapkan kemarahan karena kita ini lemah dan tidak sanggup menerima kenyataan bahwa si bapak tukang parkir telah melakukan hal yang tidak sanggup saya terima. Sama seperti si bos yang tidak sanggup menerima kenyataan.
Takeaway
Jika kamu dimarahi, maka kamu dianggap. Jika kamu dimarahi, maka ia peduli. Jika kamu dimarahi, ingat selalu bahwa ia lemah dan butuh tempat mengadu. Berhati-hatilah jika kamu tidak pernah dimarahi, ini adalah pertanda putus hubungan.